Tahun Ini


posted by Tyara Mandasari on

No comments

Tahun ini, dimana aku berusia 21 tahun, yang kata orang adalah usia ketika seseorang dapat dikategorikan dewasa, adalah tahun yang cukup berat untukku. Banyak sekali hal yang menderaku di tahun ini. Sesuatu yang terus-terusan menguji kesabaranku.

Aku terus berpikir, apakah aku telah melakukan kesalahan sehingga Tuhan terus memberikanku hukuman untuk mengingatkanku? Atau ini benar-benar merupakan ujian hidup yang harus kulalui sebagai proses pendewasaan diri? Yah, hanya Tuhan yang tahu.

Di tahun ini, aku bertemu dengan banyak orang baru yang banyak sekali memberiku pelajaran. Membuatku mengalami hal-hal yang tak pernah kuduga sebelumnya. Membuatku mengerti akan banyak hal. Membuatku banyak berpikir ulang. Membuatku tertawa dan menangis. Bahkan ada yang membuatku mengubah targetku dalam hidup. Hal yang tidak kusangka dapat kulakukan. Tapi untuk mendapatkan semua itu, aku harus melewati berbagai cobaan. Itu cukup berat untukku.

Tahun ini, aku masih sendiri. Ya, aku merasa sudah bosan sebenarnya, tiga tahun sendiri bukan waktu yang sebentar. Tapi tidak apa-apa, aku menganggapnya sebagai ujian kesabaran untukku. Lagipula, aku punya keyakinan dalam diri, orang yang tepat pasti datang di saat yang tepat pula. Tuhan tahu yang terbaik untukku.

Sayangnya, kesendirianku, yang tak pernah kupermasalahkan sebelumnya, menjadi bumerang bagiku. Untuk pertama kalinya aku dituduh menjadi "orang ketiga". Hal ini menghantamku sangat keras karena tentu saja itu tidak benar. Masalah ini selesai, aku sudah memaafkannya walaupun dia tidak pernah meminta maaf, tetapi sayangnya sakitnya masih ada. Segera setelah itu, lagi-lagi ada perempuan yang merasa cemburu padaku. Ini sungguh aneh, karena bahkan pada saat itu aku tidak terlalu dekat dengan lelaki yang menjadi kekasihnya itu. Teman-temanku bilang, mungkin karena aku tidak memiliki pasangan sehingga harus selalui diwaspadai. Aku hanya geleng-geleng kepala. Aku pikir, ya sudahlah karena toh aku tidak melakukan apa-apa, apalagi berniat untuk mengganggu hubungan orang. Belum cukup sampai disitu, ternyata masih ada perempuan yang merasa terancam ketika kekasihnya dekat denganku. Yang ini cukup lucu, karena aku menganggap si lelaki sebagai adikku. Tetapi, tentu saja aku tetap sakit hati. Bagaimana tidak jika aku dituduh sebagai "wanita penggoda" yang selalu tebar pesona. Yah benar, itu anggapannya terhadapku, padahal ia tak kenal aku. Bagaimana aku tidak merasa sakit jika dalam waktu yang begitu berdekatan aku dituduh seperti itu hanya karena aku tidak memiliki kekasih. Sejak itu aku berpikir, aku sudah harus segera menyudahi kesendirianku. Sayangnya, aku belum menemukan orang yang tepat.

Dan masalah-masalah lainnya berdatangan silih berganti. Dan semuanya benar-benar menguji kesabaranku. Namun, ada pula yang menghancurkan pemikiran-pemikiranku akan hidup. teralalu banyak yang terjadi yang tidak dapat kutuliskan semua. Bahkan di bulan Ramadhan ini, masalah masih saja datang. Ramadhan yang benar-benar menguji kesabaran. Yang pasti, tahun ini berat bagiku dan masih tersisa beberapa bulan hingga berakhirnya tahun ini. Aku hanya dapat berdoa, semoga sisa tahun ini dapat kulalui dengan baik, tanpa halangan berarti.

Ya, memang sangat banyak airmata yang jatuh tahun ini. Sekarang pun, ketika aku menuliskan ini, aku sedang menahan agar tidak ada airmata yang jatuh. Aku sudah terlalu banyak menangis dua hari ini, hal yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Sepedih-pedihnya, aku hanya akan menangis semalaman, dan setelahnya aku akan merasa lega. Kali ini, airmataku jatuh sendiri, tanpa dapat kutahan. Kali ini, aku menyerah pada airmata. Satu hal yang baru kusadari, ternyata aku bisa lemah juga, aku bisa jatuh juga, aku bisa kalah juga. Aku kuat, ya benar, tapi tidak sekuat yang sebelumnya kuduga. Sudahlah, kali ini biarkan aku menangis sejadi-jadinya, sepuas-puasnya hingga aku bosan dan lelah.

Apa pun itu, pada dasarnya aku tidak berniat untuk mencari tahu "kenapa semua itu terjadi", yang terus aku lakukan sampai saat ini adalah menerimanya, menghadapinya, dan mencoba mengambil hikmahnya. Aku percaya bahwa Tuhan sangat sayang kepadaku. Aku pun tahu bahwa Tuhan punya rencana terindah untukku.

Pada saatnya, airmata ini akan terganti dengan senyuman.
Suatu hari nanti.